Sunday, January 14, 2018

Pengalaman Mahasiswa Mendapatkan Nilai Pertamanya

Sebelum aku bercerita tentang pengalamanku ketika pertama kali mendapatkan nilai di semester awa kuliah, ijinkah aku memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Sebut saja aku Mario, Mahasiswa semester awal kelas sore di sebuah Universitas Swasta di Semarang, fakultas FTIK, jurusan Ilmu Komunikasi. Aku perantauan dari kota Jepara. Aku bekerja di sebuah tempat dengan gaji standar UMR. Makanya aku memilih kelas sore untuk kuliah karena paginya sibuk mencari uang yang kadang lembur sampai malam banget.
Aku merasa sudah terlalu tua untuk kuliah. Umur hampir seperempat abad, sudah nggak bisa lagi untuk dibuat main-main. Ada tanggung jawab besar kepada diri sendiri dan keluarga. Tapi aku tetap berpikir bahwa kuliah itu penting. Apalagi jika aku ingin meningkatkan nasibku hingga nggak gini-gini terus. Aku punya anggapan jika pendidikan itu dapat merubah nasib seseorang. Makanya, sebisa mungkin aku serius dalam menjalani proses perkuliahan ini. Mengingat biaya bulanannya yang nggak sedikit untuk ukuran gajiku yang pas-pasan banget. Dan keinginan mengubah nasib untuk bahagiain keluarga.
Tapi pengalaman pertama waktu lihat hasil nilai nggak asik banget.
Sebenarnya membicarakan nilai itu hal yang saaaaaangaaaaatt konyooool banget. Apalah arti nilai di atas kertas itu. Dan aku memang nggak lagi bicara soal nilai. Aku bicara soal keadilan, gimana dosen yang seharusnya bisa berlaku adil malah berlaku sebaliknya. Okay, jika dosen itu punya hak menilai sesuka hatinya. Tapi aku tetap protes dengan hal ini. Sekali lagi mengingat semua perjuangan mencari biaya, menunggu waktu hingga baru bisa merealisasikan di umur tua ini dan harapan-harapan itu. Apalagi jika kau sudah terlalu banyak makan ketidak keadilan di seumur hidupmu, pasti kau akan punya kesadaran untuk memberontak terhadap siapa pun yang nggak berlaku tidak adil.
Aku ingin meminta penjelasan kenapa hanya nilaiku saja yang berbeda dan rendah, sementara nilai yang lain tinggi-tinggi SEMUA. Bahkan banyak yang nggak ikut UTS atau pun UAS dan jarang berangkat mendapatkan nilai A semua. Aku jadi bertanya-tanya kesalahan apa yang telah aku perbuat. Apa aku mengacau di kelas? Apa aku menyakiti hatinya? Apa ini hanya noise komunikasi? Atau memang dosen itu dendam denganku?
Maka aku pun tanya ke dia. Japri.
Dan jawaban yang muncul, -intinya- begini.
TERSERAH DOSEN MAU NGASIH NILAI APA. KAU TAK PUNYA HAK UNTUK PROTES. NGERTI????
Hening….
This is crazy, MAN!!!… perjungan seseorang tidak sekonyol itu Bu Dosen…
Aku jadi punya rumus untuk kalian mahasiswa yang membaca ini. Jika kau inginkan nilai bagus:
1.      Jarang-jaranglah berangkat
2.      Jangan ikut UTS
3.      Jangan ikut UAS.
Sesimpel itu. Sekonyol itu. Apalagi jika kau menemukan dosen seperti dosenku ini.
Okelah, mungkin jika kau mahasiswa yang nggak peduli dengan urusan kuliah. Yang biaya kuliah tinggal minta ortu. Yang hidup serba kecukupan. Yang nggak pernah merasakan ketidak adilan. Yang penting lulus, beres.
Tapi ini benar-benar konyol untuk ukuran seseorang yang siang-malam mencari duit, rela jauh dari keluarga. Rela meluangkan waktu dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Ini konyol. Sekali lagi ini bukan masalah nilai, ini masalah ketidak adilan, MADAM…

Perjuangan seseorang tidak sekonyol itu MADAM…

Friday, January 12, 2018

RAGAM BAHASA SLANG KOMUNITAS WARIA DALAM KEHIDUPAN SEKARANG


RAGAM BAHASA SLANG KOMUNITAS WARIA DALAM KEHIDUPAN SEKARANG

Disusun:
Mr. Stranger Dangerous


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami penjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.       
Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Dan semoga makalah bisa bermanfaat bagi para pembaca.
                                             
Semarang, Rabu 20 Desember 2017
Tim Penyusun

Abstrak

Bahasa slang  komunitas waria pada awalnya hanya digunakan pada komunitas waria itu saja. Bahasa tersebut pada awalnya bersifat rahasia dan tidak diketahui oleh orang lain dan hanya mereka (dalam komunitas) itu saja yang tahu. Namun bahasa slang yang digunakan pada komunitas waria saja kini tak hanya digunakan pada komunitas itu sendiri.
Di Indonesia bahasa slang komunitas waria sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh khayalak umum. Sering kita temui penggunaan bahasa ini di dalam masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewara. Seiring berjalannya waktu bahasa ini menjadi lucu, dan terkadang dijadikan sebagai guyonan masyarakat.
Waria merupakan sekelompok bagian dari masyarakat yang mempunyai komunitas tersendiri dan memiliki bahasa tersendiri. Bahasa khusus mereka, atau yang disebut ragam bahasa komunitas waria, dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal. Hal ini berarti sebuah proses pembentukan karakreristik bahasa yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat di sekitar akan menjadi ciri khusus ragam bahasa tersebut.
Pembicaraan tentang ragam bahasa biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, dimana, dan kapan. Sedangkan ragam bahasa berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dalam kehidupan modern ada kemungkinan adanya seseorang yang hanya mengenal satu dialek, namun, pada umumnya dalam masyarakat modern orang hidup dengan lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan menggeluti sejumlah ragam, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda.
Dan masyarakat modern kini sudah sangat tidak asing lagi dan menganggap tidak tabu bahasa komunitas waria. Malah ragam bahasa itu kini telah menjadi ragam bahasa yang sering digunakan oleh banyak orang. Bahkan orang-orang dari kalangan elit sekali pun.



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..1
ABSTRAK...………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………4
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...5
1.1       Latar Belakang…………………………………………………………….5
1.2       Rumusan Masalah………………………………………………………....6
1.3       Tujuan Penulisan…………………………………………………………..6
1.4       Metodologi Penulisan……………………………………………………...6
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………..7
2.1       Bagaimana Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada dan Berkembang……….7
2.2       Eksistensi Bahasa Komunitas Waria dalam Kehidupan Sekarang……….8
2.3       Contoh Kata dan Kalimat Komunitas Waria……………………………..9
2.4       Fungsi Psikologis dan Sosiologis Bahsa Komunitas Waria……………..12
BAB 3 KESIMPULAN…………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….16



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Bahasa Indonesia salah satu identitas dari bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia meliki kajian tersendiri yang berkaitan dengan ruang lingkup kehidupan masyarakat Indonesia. Kajian internal bahasa Indonesia berkaitan dengan struktur internal bahasa yaitu aspek- aspek linguistik dan teori linguistik semata, sedangkan kajian eksternal berkaitan dengan faktor yang di luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa tersebut oleh penuturnya dalam kelompok sosial dan kemasyarakatan. Pengkajian eksternal ini melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu, misalnya sosiolinguistik yang merupakan gabungan sosiologi dan linguistik.
Sosiolinguistik menurut Chaer dan Agustina (2004:4) menyebutkan sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Sedangkan Fishman, (1972 dalam Chaer dan  Agustina 2004:3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas ragam bahasa, fungsi ragam bahasa, dan penggunaan bahasa karena ketiga unsur ini berinteraksi dalam dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur, identitas sosial dari penutur, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi serta tingkatan ragam dan ragam linguistik.
Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu berkembang dengan sangat cepat sesuai dengan tingkat perubahan sosial. Dari bahasa baku, hingga bahasa gaul anak muda zaman dahulu hingga bahasa gaul anak muda zaman sekarang. Dan dari kelompok sosial yang lain bahasa Indonesia juga mempunyai kharateristiknya. Kelomlok lain tersebut salah satunya adalah kelompok/komunitas waria. Dan bahasa yang mereka digunakan disebut sebagai bahasa waria.
Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme.
            Tentu saja, makalah ini dibuat bukan untuk membahas tentang sosial budaya komunitas waria. Makalah ini dibuat pada penekanan pembahasan bahasa kelompok waria, tanpa harus melihat dari konteks positif atau pun negative dalam satu aspek tertentu.
1.2              Rumusan Masalah
1.2.1    Bagaimana Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada dan Berkembang?
1.2.2    Bagaimana Eksistensi Bahasa Komunitas Waria dalam Kehidupan Sekarang?
1.2.3    Bagaimana Contoh Kata dan Kalimat Bahasa Komunitas Waria?
1.2.4    Fungsi Psikologis dan Sosiologis Bahsa Komunitas Waria?
1.3       Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulias bahasa Indonsia serta memahami dan menjelaskan bagaimana tentang ragam bahasa slang komunitas waria dalam kehidupan dewasa ini.
1.4       Metodologi Penulisan
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka sebagai teknik utama. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi sumber buku dan internet.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Bagaimana Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada dan Berkembang
Waria adalah manusia yang terlahir secara fisik sebagai laki–laki, namun secara psikis sebagai perempuan.  Mereka mempunyai ketertarikan kepada sesama jenis yaitu laki–laki (homosexual). Bahkan ada juga yang mengatakan  bahwa mereka adalah wanita yang terjebak di tubuh laki–laki. Karena itu mereka dinamakan waria yang berasal dari akronim wanita dan pria.
Dunia waria, wadam atau banci, merupakan bentuk kehidupan yang unik bagi banyak orang. Secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan tidak ubahnya seperti kaum perempuan lainnya.
Sebagai individu maupun mahluk sosial, waria berusaha untuk mendapat bagian dalam berbagai ruang sosial. Berbagai cara mereka lalui untuk mendapat pengakuan atas keberadaan mereka, diantaranya adalah munculnya penyelenggaraan kontes Miss Waria, baik di tingkat daerah maupun nasional dan munculnya berbagai figur waria ke permukaan, baik melalui keahlian dan kecerdasan mereka. Munculnya berbagai figur waria ke permukaan merupakan langkah awal usaha untuk diterima di masyarakat
Dalam berpenampilan mereka tampak aneh bila dibandingkan dengan manusia lain pada umumnya.  Waria sering berpenampilan layaknya perempuan bahkan terkadang lebih mencolok dari perempuan. Berbusana wanita, berdandan secara berlebihan, dan suka memamerkan bagian tubuh tertentu. Banyak orang yang tidak suka dengan fenomena seperti ini. Waria sering diejek, dicemooh, dikucilkan atau dijauhi, dan mendapatkan perlakuan diskriminatif yang lain dari masyarakat sekitarnya. Sehingga banyak dari mereka yang lari meninggalkan  rumah dan kampung halamannya untuk membentuk komunitas sendiri sesama waria.  Karena latar belakang itu, mereka memiliki bahasa komunitas sendiri (slang) yang hanya dipahami oleh kaum waria agar percakapan mereka tidak dimengerti oleh orang lain di luar komunitasnya.
Pembentukan bahasa komunitas waria tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan proses yang cukup panjang. Munculnya fenomena bahasa kewariaan tidak lepas dari kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi mereka pada kehidupan sehari-hari yang cenderung lebih fulgar dan intim dibandingkan dengan komunikasi orang normal pada umumnya. Dan perlahan-lahan bahasa-bahasa nyeleneh yang mereka gunakan semakin berkembang dan dikenal oleh orang banyak.

2.2     Eksistensi Bahasa Waria dalam Kehidupan Sekarang
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan. Yakni sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan. Dan juga sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (EYD atau sekarang telah berganti dengan PUEBI), pungtuasi, istilah, dan tata bahasa dan berbasis rumus SPOK.
Pembentukan bahasa disini memiliki peranan penting dalam proses berkomunikasi. Mengutip perkataan dari Professor. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya ilmu komunikasi mengatakan proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Secara primer proses komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Sedangkan proses secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Kaum waria menggunakan bahasa gaul mereka ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang waria. Penggunaan bahasa mereka juga dapat berguna untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk turut andil ke dalam kehidupan sosial masyarakat umu. Dan karena bahasa komunitas waria tersebut dianggap sebagai bahasa yang unik dan sangat menghibur, maka dalam perkembangannya, bahasa waria tidak hanya digunakan oleh kelompok mereka sendiri namun juga oleh banyak orang.
Namun perlu diketahui bahwa bahasa komunitas waria bersifat tidak baku dan dinamis. Bahasa komunitas waria banyak yang berbeda antara satu kelompok waria dengan kelompok waria yang lainnya. Bahasa ini selalu menciptakan suatu tatanan baru yang sifatnya lebih ke arah asal-asalan, yang penting satu kelompok tersebut setuju. Mereka mengambil satu kata utuh untuk digunakan sebagai kata baru dengan mengubah total makna lesikalnya.
Dan dewasa ini ini penggunaan bahasa komunitas tersebut berkembang dengan sangat cepat. Digunakan oleh siapa saja. Bahkan oleh artis-artis besar ibukota. Kita bisa melihat contohnya pada artis Iis Dahlia, Ruben Onsu, Ivan Gunawa dan masih banyak lagi. Dengan percepatan penyaluran media sekarang, bahasa-bahasa yang dulunya dianggap tabu sekarang menjadi bahasa trend yang siapa pun bisa menggunakannya.

2.3     Contoh kata dan kalimat bahasa komunitas waria
Penggunaan  Kosakata  Bahasa Komunitas Waria berdasarkan  temuan  penelitian yang berhasil  dicatat  oleh  peneliti,  ada sebanyak 50 kosakata yang  dominan  digunakan dalam  percakapan sehari-hari. Jumlah kata tersebut masih terbilang sangat minim. Namun diperkirakan masih terus berkembang sesuai dengan perkembangan komunikasi.  Keterbatasan  jumlah  tersebut dapat  dipastikan  bahwa  bahasa jargon belum  dapat  mewakili  sepenuhnya dalam  mengungkapkan  semua  ide, gagasan  dan  sebagainya  kepada  orang lain.  Oleh  karena  itu,  penggunaan kosakata  dalam  bahasa waria hanya digunakan  melalui  proses  penyisipan dalam  berkomunikasi dengan bahasa  Indonesia maupun  bahasa  daerah. Sehingga bagi orang yang mendengar  tidak  langsung dapat  menebak  atau  mengetahui informasi yang disampaikan. Sebab adanya  hal-hal  yang  spesifik  dalam bahasa waria tidak  terdapat dalam bahasa Indonesia. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam paparan berikut.
No.
Bhs. Baku
Bhs. K. Waria
No
Bhs. Baku
Bhs. Waria
1.
Aku
Akika/ Eike
21.
Rambut
Rambutan
2.
Begitu
Begindang
22.
Sakit
Sekong
3.
Beli
Belalang
23.
Sedikit
Sirkuit
4.
Cocok
Cucok
24.
Hati-hati di Jalan
Titi DJ
5.
Cium
Cumi
25.
Siapa
Sepong
6.
Dia
Diana
26.
Panas
Panasonik
7.
Enak
Endang
27.
Pacaran
Pecongan

8.
Emang
Ember
28.
Apa
Apose
9.
Hilang
Himalaya
29.
Dimana
Dimandose
10.
Kesini
Kesindang
30.
Sini
Sindang
11.
Kemana
Kemaindang/
Kemandos
31.
Siapa
Sapose
12.
Kencing
Kencana
32.
Lumayan
Lembayu
13.
Kepala
Kepelong
33.
Lapar
Lapangan Bola
14.
Lambat
Lambreta
34.
Dapat
Depong
15.
Laki-laki
Lekong
35.
Cepat
Capcus
16.
Mau
Mawar
36.
Biasa
Bias Kasih
17.
Mahal
Maharani
37.
Ganteng
Cucok
18.
Perempuan
Pere
38.
Jalan-jalan
Jeli-jeli
19.
Murah
Mursida
39.
Mati
Metong
20
Mati
Metong
40.
Capek
Capcay

Contoh Kalimat dalam Bahasa Waria
            “Apeessss bener eike malem ini… dapet toke pelit amiiirrr… mana mintanya yang aneh-aneh. iiihhhh… ekke eneg dwech… udah gitu cuma di kasih cepek, booo….. somprettt dah… dasar toke sampiliak….”
            “Hahaha… endaaaggg…. Mending yee, masih dapet duit… ekke malah cuma dapet sebungkus rokok samsu… dasar pemuda kismin… maunya gretongan mulu…. ekke kutuk jadi kambing baru tau…”
            “Eee. ekke mau tobat..!! nggak mau jual diri lagi…. Nguli aja lebih enak kali yee…”
            “Eh. kampreeeettttttt…… bikin kaget aja si mas……sabar dong… ekke kan sedang berjalan di jalanan yang nggak rata… bikin jantung ekke mau copot… ihhhh.. si mas nakaaaaaallll.”

2.4     Fungsi Psikoligi dan Sosial Ragam Bahasa Waria dalam Kehidupan Sekarang
Fungsi Psikologi
Waria adalah mereka yang terlahir pria secara fisik namun mempunyai sifat, jiwa dan perasaan layaknya perempuan. Mereka yang mempunyai jati diri tangguh namun anggun. Apapun yang mereka kenakan entah itu hijab, gaun, pakaian-pakaian wanita ataupun sepatu hak tinggi, membuat mereka tak ubahnya seperti perempuan seutuhnya seperti pada umumnya. Hanya tetap satu hal kenyataan yang tidak bisa dipungkiri yakni kenyataan bahwa mereka terlahir sebagai laki-laki. Maka cara berbicara dan berbahasanya pun berbeda dari masyarakat sekelilingnya.
Kaum waria juga  kerap jadi sasaran intimidasi kelompok-kelompok tertentu. Dari cara mereka berbahasa, menunjukkan keberadaan mereka. Apalagi sulit bagi mereka untuk menyembunyikan kondisi ditengah masyarakat. Begitu juga menghadapi orang tuanya agar menerima kenyataan ini. Tentu hati seorang ibu dan ayah akan merasa sedih, kecewa melihat cara berbicara dan bahasa anaknya yang tidak semestinya, sakit hati melihat  anaknya yang seharusnya dibanggakan justru dirasa menjadi aib keluarga.
Di suatu sisi pula kaum waria sulit mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan besar ternama karena jika ingin bekerja di kalangan seperti itu harus berpakaian seperti laki-laki semestinya, haruslah rapi, mempunyai sikap yang wibawa. Juga harus memiliki gaya bahasa seperti rekan- rekan pada umumnya.  Maka dari itu sebagian kaum waria memilih bekerja menjadi pengamen ataupun entertainment yang memang bersifat menghibur.
Tentang gaya berbahasa, waria kerap sekali menjadi bahan sorotan, karena pandangan di tengah-tengah masyarakat terhadap mereka berbeda tidak seperti khalayak pada umumnya yang bergaya normal. Sedangkan mereka terlihat lucu dan aneh. Disaat sedang mengamen orang-orang sekitar justru mentertawakan, menghina, melontarkan perkataan yang melecehkan dan menyakitkan. Akan tetapi ada juga yang pro terhadap keberadaan mereka.
Jadi itulah alasan kaum waria percaya diri untuk terjun di tengah-tengah masyarakat. Karena tidak semua masyarakat kontra terhadap gaya berbahasa kaum waria. Bahkan menjadikan gaya berbahasa itu sebagai trend di kalangan masyarakat. Dengan hal ini pula kaum waria membuktikan kepada masyarakat bahwa tidak semua kaum waria itu tidak baik. Contohnya, banyak sebagian waria yang mencari nafkah dengan memakai keunikan gaya bahasa yang mereka miliki. Tidak hanya menjadi seorang pengamen, bahkan artis dan banyak lagi pekerjaan yang mereka kerjakan seperti bekerja di salon, butik, berdagang dan lain-lain. Yang terpenting bagi mereka adalah bekerja dengan jujur dan giat. Bahkan banyak kaum waria yang berhasil dalam hidupnya dibidang-bidang yang mereka tekuni.
            Fungsi Sosial
Waria memiliki gaya berbahasanya sendiri yang cukup unik dan beda, terkadang bikin tersenyum orang yang mendengarnya. Tapi cukup menggelitik untuk diikuti dan dipraktekkan serta diiimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya untuk bercanda bersama teman-teman. Walaupun tidak punya maksud untuk mem-buliying kaum waria gaya berbahasa ini bisa lebih mengakrabkan di antara mereka.
Diantara orang tua dan keluarga juga begitu, disaat kumpul bersama banyak yang menggunakan gaya bahasa waria untuk saling mengakrabkan satu sama lainnya. Mereka tidak segan-segan mengucapkannya atau tertawa mendengar saudara atau anak- anak yang mengucapkannya. Dengan begitu keakraban serta kebahagiaan bisa dirasakan bersama.
Di acara-acara kemasyarakatan pun sering digunakan juga gaya bahasa waria ini untuk saling mengakrabkan antara yang satu dan lainnya. Tanpa ada yang merasa keberatan dan tanpa ada yang memprotesnya. Gaya bahasa ini terus digunakan ditengah masyarakat kita. Bukan seperti si empunya bahasa ini sendiri yang masih menuai pro dan kontra ditengah masyarakat untuk eksistensi keberadaannya, gaya bahasanya sendiri tidak bernasib demikian.
Melihat eksistensi bahasa waria yang terimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, di dunia kerja, politik dan pemerintahan pun disusupi oleh gaya berbicara waria ini. Walau terasa lebih formal, bercandaan-bercandaan dikalangan elit pun membawa gaya bahasa waria pula.
Maka kaum waria pun berani untuk membuat kamus gaya bahasanya sendiri. Dan kamus tersebut banyak diminati berbagai kalangan masyarakat kita untuk lebih memperagam gaya bahasa mereka. Itu sama sekali tidak dianggap tabu untuk mempraktekkannya. Beda dengan kalau kita berdekatan dengan si empunya bahasa, mungkin akan terasa risi dan tabu menurut anggapan sebagian masyarakat kita.
Ironis sekali keberadaan waria ditengah-tengah masyarakat ini. Eksistensinya sering dipandang sebelah mata. Tapi gaya bahasanya yang unik tidak pernah dipandang sebelah mata. Gaya bahasanya jauh menyusup ditengah-tengah masyarakat dan tanpa terasa telah menjadi bagian dari kehidupan sehari- hari yang mulai terasa sangat penting dan sayang bila ditinggalkan. Juga mulai terasa ada yang kurang bila tidak menyertakan gaya bahasa itu dalam kehidupan sehari- hari kita.



KESIMPULAN

Dalam masyarakat tentu ada komunikasi atau proses saling hubung antar anggota. Untuk itu diperluka suatu wahana yang dinakama bahasa. Dengan demikian setiap masyarakat atau pun komunitas bisa dipastikan mempunya wahana atau bahasa tersebut. Hal itu juga berlaku bagi komunitas warian.
            Komunitas waria memakai bahasa mereka untuk saling berkomunikasi. Mulanya hanya untuk komunikasi antar kelompok saja. Namun seiring berjalanannya waktu, bahasa mereka tidak hanya dipakai oleh kelompok mereka sendiri. Namun juga dipakai oleh banyak orang dari semua strata yang ada. Hal itu dikarenakan oleh banyak faktor. Salah satu faktornya karena bahasa waria tersebut dianggap unik dan menghibur.
            Dan tentu saja, penggunaan bahasa waria memiliki sisi-sisi fungsi tersendiri terhadap pemakainya. Ada fungsi psikis dan fungsi sosial. Hal itu karena bahwa bahasa komunitas waria meskipun sudah bukan bahasa yang tidak lagi terkucil namun tetap masih dianggap tabu oleh beberapa orang.
           
DARTAR PUSTAKA

Muamar. 2015. “Fungsi Psikologi Bahasa” (Online). https://muamar99.wordpress.com/2013/12/11/makalah-waria. Html, diakses 20 Desember 2017
Khair, Maelani. 2014. “Bahasa Waria” (Online). http://www.academia.edu. Html, diakses 21 Desember 2018.

Amuk, Wahyu. 2016. “Bahasa dan Gender” (Online). Http://kata-wahyu.blogspot.co.id. Html, diakses 20 Desember 2018.

Pengalaman Mahasiswa Mendapatkan Nilai Pertamanya

S ebelum aku bercerita tentang pengalamanku ketika pertama kali mendapatkan nilai di semester awa kuliah, ijinkah aku memperkenalkan diri...