RAGAM
BAHASA SLANG KOMUNITAS WARIA DALAM KEHIDUPAN SEKARANG
Disusun:
Mr. Stranger Dangerous
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami penjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.
Dalam
Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya
kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah. Dan semoga makalah bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang,
Rabu 20 Desember 2017
Tim
Penyusun
Abstrak
Bahasa
slang komunitas waria pada awalnya hanya
digunakan pada komunitas waria itu
saja.
Bahasa tersebut pada awalnya bersifat rahasia dan tidak diketahui oleh orang lain dan hanya
mereka (dalam komunitas) itu saja
yang tahu. Namun bahasa slang yang digunakan pada komunitas
waria saja kini tak hanya digunakan pada komunitas itu sendiri.
Di
Indonesia bahasa slang komunitas waria sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh khayalak umum. Sering kita temui
penggunaan bahasa ini di dalam masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang
dewara. Seiring berjalannya waktu bahasa ini menjadi lucu, dan terkadang dijadikan
sebagai guyonan masyarakat.
Waria
merupakan sekelompok bagian dari masyarakat yang mempunyai komunitas tersendiri
dan memiliki bahasa tersendiri. Bahasa khusus mereka, atau yang disebut ragam bahasa komunitas waria, dilengkapi dan
diperkaya oleh lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal. Hal ini berarti
sebuah proses pembentukan karakreristik bahasa yang dihasilkan dari
pergaulan dengan masyarakat di sekitar akan menjadi ciri khusus ragam bahasa
tersebut.
Pembicaraan tentang ragam bahasa biasanya dikaitkan
dengan masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh
siapa, dimana, dan kapan. Sedangkan ragam bahasa berkenaan dengan masalah
bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dalam kehidupan modern ada kemungkinan
adanya seseorang yang hanya mengenal satu dialek, namun, pada umumnya dalam
masyarakat modern orang hidup dengan lebih dari satu dialek (regional maupun
sosial) dan menggeluti sejumlah ragam, sebab dalam masyarakat modern orang
sudah pasti berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda.
Dan masyarakat modern kini sudah sangat tidak asing
lagi dan menganggap tidak tabu bahasa komunitas waria. Malah ragam bahasa itu
kini telah menjadi ragam bahasa yang sering digunakan oleh banyak orang. Bahkan
orang-orang dari kalangan elit sekali pun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..1
ABSTRAK...………………………………………………………………………2
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………4
BAB
1 PENDAHULUAN………………………………………………………...5
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………....6
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..6
1.4 Metodologi
Penulisan……………………………………………………...6
BAB
2 PEMBAHASAN…………………………………………………………..7
2.1 Bagaimana Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada dan Berkembang……….7
2.2
Eksistensi Bahasa Komunitas Waria dalam Kehidupan
Sekarang……….8
2.3
Contoh Kata dan Kalimat Komunitas Waria……………………………..9
2.4
Fungsi Psikologis dan Sosiologis Bahsa Komunitas Waria……………..12
BAB
3 KESIMPULAN…………………………………………………………..15
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa Indonesia salah satu identitas dari bangsa dan
negara Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia meliki kajian tersendiri
yang berkaitan dengan ruang lingkup kehidupan masyarakat Indonesia. Kajian
internal bahasa Indonesia berkaitan dengan struktur internal bahasa yaitu aspek-
aspek linguistik dan teori linguistik semata, sedangkan kajian eksternal
berkaitan dengan faktor yang di luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan
bahasa tersebut oleh penuturnya dalam kelompok sosial dan kemasyarakatan.
Pengkajian eksternal ini melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu, misalnya
sosiolinguistik yang merupakan gabungan sosiologi dan linguistik.
Sosiolinguistik menurut Chaer dan Agustina (2004:4)
menyebutkan sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat
interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara
bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Sedangkan
Fishman, (1972 dalam Chaer dan Agustina
2004:3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas
ragam bahasa, fungsi ragam bahasa, dan penggunaan bahasa karena ketiga unsur
ini berinteraksi dalam dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat
tutur, identitas sosial dari penutur, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur
terjadi serta tingkatan ragam dan ragam linguistik.
Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu berkembang dengan
sangat cepat sesuai dengan tingkat perubahan sosial. Dari bahasa baku, hingga
bahasa gaul anak muda zaman dahulu hingga bahasa gaul anak muda zaman sekarang.
Dan dari kelompok sosial yang lain bahasa Indonesia juga mempunyai kharateristiknya.
Kelomlok lain tersebut salah satunya adalah kelompok/komunitas waria. Dan
bahasa yang mereka digunakan disebut sebagai bahasa waria.
Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan
sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah
tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap
masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria
adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme.
Tentu
saja, makalah ini dibuat bukan untuk membahas tentang sosial budaya komunitas
waria. Makalah ini dibuat pada penekanan pembahasan bahasa kelompok waria,
tanpa harus melihat dari konteks positif atau pun negative dalam satu aspek
tertentu.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada dan Berkembang?
1.2.2 Bagaimana
Eksistensi Bahasa Komunitas Waria dalam Kehidupan Sekarang?
1.2.3 Bagaimana
Contoh Kata dan Kalimat Bahasa Komunitas Waria?
1.2.4 Fungsi
Psikologis dan Sosiologis Bahsa Komunitas Waria?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulias bahasa Indonsia
serta memahami dan menjelaskan bagaimana tentang ragam bahasa slang komunitas
waria dalam kehidupan dewasa ini.
1.4 Metodologi
Penulisan
Pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka sebagai
teknik utama. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi sumber buku dan internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana Bahasa Komunitas Waria Bisa Ada
dan Berkembang
Waria
adalah manusia yang terlahir secara fisik sebagai laki–laki, namun secara
psikis sebagai perempuan. Mereka
mempunyai ketertarikan kepada sesama jenis yaitu laki–laki (homosexual). Bahkan
ada juga yang mengatakan bahwa mereka
adalah wanita yang terjebak di tubuh laki–laki. Karena itu mereka dinamakan
waria yang berasal dari akronim wanita
dan
pria.
Dunia
waria, wadam atau banci, merupakan bentuk kehidupan yang unik bagi banyak
orang. Secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang
normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan tidak ubahnya
seperti kaum perempuan lainnya.
Sebagai
individu maupun mahluk sosial, waria berusaha untuk mendapat bagian dalam
berbagai ruang sosial. Berbagai cara mereka lalui untuk mendapat pengakuan atas
keberadaan mereka, diantaranya adalah munculnya penyelenggaraan kontes Miss
Waria, baik di tingkat daerah maupun nasional dan munculnya berbagai figur
waria ke permukaan, baik melalui keahlian dan kecerdasan mereka. Munculnya
berbagai figur waria ke permukaan merupakan langkah awal usaha untuk diterima
di masyarakat
Dalam
berpenampilan mereka tampak aneh bila dibandingkan dengan manusia lain pada
umumnya. Waria sering berpenampilan
layaknya perempuan bahkan terkadang lebih mencolok dari perempuan. Berbusana wanita,
berdandan secara berlebihan, dan suka memamerkan bagian tubuh tertentu. Banyak
orang yang tidak suka dengan fenomena seperti ini. Waria sering diejek,
dicemooh, dikucilkan atau dijauhi, dan mendapatkan perlakuan diskriminatif yang
lain dari masyarakat sekitarnya. Sehingga banyak dari mereka yang lari
meninggalkan rumah dan kampung
halamannya untuk membentuk komunitas sendiri sesama waria. Karena latar belakang itu, mereka memiliki
bahasa komunitas sendiri (slang) yang hanya dipahami oleh kaum waria agar
percakapan mereka tidak dimengerti oleh orang lain di luar komunitasnya.
Pembentukan
bahasa komunitas waria tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan proses yang
cukup panjang. Munculnya fenomena bahasa kewariaan tidak lepas dari kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi mereka pada
kehidupan sehari-hari yang cenderung lebih fulgar dan intim dibandingkan dengan
komunikasi orang normal pada umumnya. Dan perlahan-lahan bahasa-bahasa nyeleneh yang mereka gunakan semakin
berkembang dan dikenal oleh orang banyak.
2.2 Eksistensi
Bahasa Waria dalam Kehidupan Sekarang
Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama dan identifikasi
diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah
bahasa sekunder.
Penggunaan
bahasa yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa yang digunakan sesuai dengan
situasi pembicaraan. Yakni sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan
ragam pembicaraan. Dan juga
sesuai
dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (EYD atau sekarang telah berganti dengan PUEBI),
pungtuasi, istilah, dan tata bahasa dan berbasis rumus SPOK.
Pembentukan
bahasa disini memiliki peranan penting dalam proses berkomunikasi. Mengutip
perkataan dari Professor. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya ilmu
komunikasi mengatakan proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara
primer dan secara sekunder. Secara primer proses komunikasi adalah penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Sedangkan proses
secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
Kaum
waria menggunakan bahasa gaul
mereka ini
bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang waria. Penggunaan
bahasa mereka
juga dapat berguna untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk turut andil ke dalam kehidupan sosial masyarakat umu. Dan karena bahasa komunitas waria tersebut dianggap
sebagai bahasa yang unik dan sangat menghibur, maka dalam perkembangannya,
bahasa waria tidak hanya digunakan oleh kelompok mereka sendiri namun juga oleh
banyak orang.
Namun perlu diketahui bahwa bahasa komunitas waria
bersifat tidak baku dan dinamis. Bahasa komunitas waria banyak yang berbeda
antara satu kelompok waria dengan kelompok waria yang lainnya. Bahasa ini
selalu menciptakan suatu tatanan baru yang sifatnya lebih ke arah asal-asalan,
yang penting satu kelompok tersebut setuju. Mereka mengambil satu kata utuh
untuk digunakan sebagai kata baru dengan mengubah total makna lesikalnya.
Dan dewasa ini ini penggunaan bahasa komunitas
tersebut berkembang dengan sangat cepat. Digunakan oleh siapa saja. Bahkan oleh
artis-artis besar ibukota. Kita bisa melihat contohnya pada artis Iis Dahlia,
Ruben Onsu, Ivan Gunawa dan masih banyak lagi. Dengan percepatan penyaluran
media sekarang, bahasa-bahasa yang dulunya dianggap tabu sekarang menjadi
bahasa trend yang siapa pun bisa
menggunakannya.
2.3 Contoh kata dan kalimat bahasa komunitas
waria
Penggunaan
Kosakata Bahasa Komunitas Waria
berdasarkan temuan penelitian yang berhasil dicatat
oleh peneliti, ada sebanyak 50 kosakata yang dominan
digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Jumlah kata tersebut masih terbilang sangat minim. Namun diperkirakan masih
terus berkembang sesuai dengan perkembangan komunikasi. Keterbatasan
jumlah tersebut dapat dipastikan
bahwa bahasa jargon belum dapat
mewakili sepenuhnya dalam mengungkapkan
semua ide, gagasan dan
sebagainya kepada orang lain.
Oleh karena itu,
penggunaan kosakata dalam bahasa waria hanya digunakan melalui
proses penyisipan dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah. Sehingga bagi orang yang mendengar tidak
langsung dapat menebak atau
mengetahui informasi yang disampaikan. Sebab adanya hal-hal
yang spesifik dalam bahasa waria tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Untuk
jelasnya dapat dilihat dalam paparan berikut.
No.
|
Bhs. Baku
|
Bhs. K. Waria
|
No
|
Bhs. Baku
|
Bhs. Waria
|
1.
|
Aku
|
Akika/ Eike
|
21.
|
Rambut
|
Rambutan
|
2.
|
Begitu
|
Begindang
|
22.
|
Sakit
|
Sekong
|
3.
|
Beli
|
Belalang
|
23.
|
Sedikit
|
Sirkuit
|
4.
|
Cocok
|
Cucok
|
24.
|
Hati-hati di Jalan
|
Titi DJ
|
5.
|
Cium
|
Cumi
|
25.
|
Siapa
|
Sepong
|
6.
|
Dia
|
Diana
|
26.
|
Panas
|
Panasonik
|
7.
|
Enak
|
Endang
|
27.
|
Pacaran
|
Pecongan
|
8.
|
Emang
|
Ember
|
28.
|
Apa
|
Apose
|
9.
|
Hilang
|
Himalaya
|
29.
|
Dimana
|
Dimandose
|
10.
|
Kesini
|
Kesindang
|
30.
|
Sini
|
Sindang
|
11.
|
Kemana
|
Kemaindang/
Kemandos
|
31.
|
Siapa
|
Sapose
|
12.
|
Kencing
|
Kencana
|
32.
|
Lumayan
|
Lembayu
|
13.
|
Kepala
|
Kepelong
|
33.
|
Lapar
|
Lapangan Bola
|
14.
|
Lambat
|
Lambreta
|
34.
|
Dapat
|
Depong
|
15.
|
Laki-laki
|
Lekong
|
35.
|
Cepat
|
Capcus
|
16.
|
Mau
|
Mawar
|
36.
|
Biasa
|
Bias Kasih
|
17.
|
Mahal
|
Maharani
|
37.
|
Ganteng
|
Cucok
|
18.
|
Perempuan
|
Pere
|
38.
|
Jalan-jalan
|
Jeli-jeli
|
19.
|
Murah
|
Mursida
|
39.
|
Mati
|
Metong
|
20
|
Mati
|
Metong
|
40.
|
Capek
|
Capcay
|
Contoh
Kalimat dalam Bahasa Waria
“Apeessss
bener eike malem ini… dapet toke pelit amiiirrr… mana mintanya yang aneh-aneh.
iiihhhh… ekke eneg dwech… udah gitu cuma di kasih cepek, booo….. somprettt dah…
dasar toke sampiliak….”
“Hahaha…
endaaaggg…. Mending yee, masih dapet duit… ekke malah cuma dapet sebungkus
rokok samsu… dasar pemuda kismin… maunya gretongan mulu…. ekke kutuk jadi
kambing baru tau…”
“Eee.
ekke mau tobat..!! nggak mau jual diri lagi…. Nguli aja lebih enak kali yee…”
“Eh.
kampreeeettttttt…… bikin kaget aja si mas……sabar dong… ekke kan sedang berjalan
di jalanan yang nggak rata… bikin jantung ekke mau copot… ihhhh.. si mas
nakaaaaaallll.”
2.4 Fungsi Psikoligi dan Sosial Ragam Bahasa
Waria dalam Kehidupan Sekarang
Fungsi
Psikologi
Waria
adalah mereka yang terlahir pria secara fisik namun mempunyai sifat, jiwa dan
perasaan layaknya perempuan. Mereka yang mempunyai jati diri tangguh namun
anggun. Apapun yang mereka kenakan entah itu hijab, gaun, pakaian-pakaian
wanita ataupun sepatu hak tinggi, membuat mereka tak ubahnya seperti perempuan
seutuhnya seperti pada umumnya. Hanya tetap satu hal kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri yakni kenyataan bahwa mereka terlahir sebagai laki-laki. Maka cara
berbicara dan berbahasanya pun
berbeda dari masyarakat sekelilingnya.
Kaum
waria juga kerap jadi sasaran intimidasi
kelompok-kelompok tertentu.
Dari cara mereka berbahasa,
menunjukkan keberadaan mereka. Apalagi sulit bagi mereka untuk menyembunyikan
kondisi ditengah masyarakat. Begitu juga menghadapi orang tuanya agar menerima kenyataan
ini. Tentu hati seorang ibu dan ayah akan merasa sedih, kecewa melihat cara
berbicara dan bahasa anaknya yang tidak semestinya, sakit hati melihat anaknya yang seharusnya dibanggakan justru
dirasa menjadi aib keluarga.
Di
suatu sisi pula kaum waria sulit mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan
perusahaan-perusahaan besar ternama karena jika ingin bekerja di kalangan
seperti itu harus berpakaian seperti laki-laki semestinya, haruslah rapi,
mempunyai sikap yang wibawa. Juga harus memiliki gaya bahasa seperti rekan-
rekan pada umumnya. Maka dari itu
sebagian kaum waria memilih bekerja menjadi pengamen ataupun entertainment yang
memang bersifat menghibur.
Tentang
gaya berbahasa, waria kerap sekali menjadi bahan sorotan, karena pandangan di
tengah-tengah masyarakat
terhadap
mereka berbeda tidak seperti khalayak pada umumnya yang bergaya normal. Sedangkan
mereka terlihat lucu dan aneh. Disaat sedang mengamen orang-orang sekitar
justru mentertawakan, menghina, melontarkan perkataan yang melecehkan dan
menyakitkan. Akan
tetapi ada juga yang pro terhadap keberadaan mereka.
Jadi
itulah alasan kaum waria percaya diri untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
Karena tidak semua masyarakat kontra terhadap gaya berbahasa kaum waria. Bahkan
menjadikan gaya berbahasa itu sebagai trend
di kalangan masyarakat. Dengan hal ini
pula kaum waria membuktikan kepada masyarakat bahwa tidak semua kaum waria itu
tidak baik. Contohnya,
banyak sebagian waria yang mencari nafkah dengan memakai keunikan gaya bahasa
yang mereka miliki. Tidak hanya menjadi seorang pengamen, bahkan artis dan
banyak lagi pekerjaan yang mereka kerjakan seperti bekerja di salon, butik,
berdagang dan lain-lain. Yang terpenting bagi mereka adalah bekerja dengan jujur
dan giat. Bahkan
banyak kaum waria yang berhasil dalam hidupnya dibidang-bidang yang mereka
tekuni.
Fungsi
Sosial
Waria
memiliki gaya berbahasanya sendiri yang cukup unik dan beda, terkadang bikin
tersenyum orang yang mendengarnya. Tapi cukup menggelitik untuk diikuti dan
dipraktekkan serta diiimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya
untuk bercanda bersama teman-teman. Walaupun tidak punya maksud untuk mem-buliying kaum waria gaya berbahasa ini
bisa lebih mengakrabkan di antara
mereka.
Diantara
orang tua dan keluarga juga begitu, disaat kumpul bersama banyak yang
menggunakan gaya bahasa waria untuk saling mengakrabkan satu sama lainnya.
Mereka tidak segan-segan mengucapkannya atau tertawa mendengar saudara atau
anak- anak yang mengucapkannya. Dengan begitu keakraban serta kebahagiaan bisa
dirasakan bersama.
Di
acara-acara kemasyarakatan pun sering digunakan juga gaya bahasa waria ini
untuk saling mengakrabkan antara yang satu dan lainnya. Tanpa ada yang merasa
keberatan dan tanpa ada yang memprotesnya. Gaya bahasa ini terus digunakan
ditengah masyarakat kita. Bukan seperti si empunya bahasa ini sendiri yang
masih menuai pro dan kontra ditengah masyarakat untuk eksistensi keberadaannya,
gaya bahasanya sendiri tidak bernasib demikian.
Melihat
eksistensi bahasa waria yang terimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari, di dunia kerja, politik dan pemerintahan pun disusupi oleh gaya
berbicara waria ini. Walau
terasa lebih formal, bercandaan-bercandaan dikalangan elit pun membawa gaya
bahasa waria pula.
Maka
kaum waria pun
berani untuk membuat kamus gaya bahasanya sendiri. Dan kamus tersebut banyak
diminati berbagai kalangan masyarakat kita untuk lebih memperagam gaya bahasa
mereka. Itu sama sekali tidak dianggap tabu untuk mempraktekkannya. Beda dengan
kalau kita berdekatan dengan si empunya bahasa, mungkin akan terasa risi dan
tabu menurut anggapan sebagian masyarakat kita.
Ironis
sekali keberadaan waria ditengah-tengah masyarakat ini. Eksistensinya sering
dipandang sebelah mata. Tapi gaya bahasanya yang unik tidak pernah dipandang
sebelah mata. Gaya bahasanya jauh menyusup ditengah-tengah masyarakat dan tanpa
terasa telah menjadi bagian dari kehidupan sehari- hari yang mulai terasa
sangat penting dan sayang bila ditinggalkan. Juga mulai terasa ada yang kurang
bila tidak menyertakan gaya bahasa itu dalam kehidupan sehari- hari kita.
KESIMPULAN
Dalam masyarakat
tentu ada komunikasi atau proses saling hubung antar anggota. Untuk itu
diperluka suatu wahana yang dinakama bahasa. Dengan demikian setiap masyarakat
atau pun komunitas bisa dipastikan mempunya wahana atau bahasa tersebut. Hal
itu juga berlaku bagi komunitas warian.
Komunitas
waria memakai bahasa mereka untuk saling berkomunikasi. Mulanya hanya untuk
komunikasi antar kelompok saja. Namun seiring berjalanannya waktu, bahasa
mereka tidak hanya dipakai oleh kelompok mereka sendiri. Namun juga dipakai
oleh banyak orang dari semua strata yang ada. Hal itu dikarenakan oleh banyak
faktor. Salah satu faktornya karena bahasa waria tersebut dianggap unik dan
menghibur.
Dan
tentu saja, penggunaan bahasa waria memiliki sisi-sisi fungsi tersendiri
terhadap pemakainya. Ada fungsi psikis dan fungsi sosial. Hal itu karena bahwa
bahasa komunitas waria meskipun sudah bukan bahasa yang tidak lagi terkucil
namun tetap masih dianggap tabu oleh beberapa orang.
DARTAR PUSTAKA
Muamar.
2015. “Fungsi Psikologi Bahasa” (Online). https://muamar99.wordpress.com/2013/12/11/makalah-waria. Html, diakses 20 Desember 2017
Khair,
Maelani. 2014. “Bahasa Waria” (Online). http://www.academia.edu. Html, diakses 21 Desember 2018.
Amuk, Wahyu. 2016. “Bahasa dan Gender” (Online). Http://kata-wahyu.blogspot.co.id. Html, diakses 20 Desember 2018.
No comments:
Post a Comment