KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
MAKALAH
DISUSUN OLEH:
MR. STRANGER DANGEROUS
ILMU KOMUNIKASI KELAS B
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2017/20018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami penjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.
Dalam
Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya
kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah. Dan semoga makalah bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang,
Jum’at 13 Oktober 2017
Tim
Penyusun
Kelompok
3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………….…………….2
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………3
BAB
1 PENDAHULUAN…………………………………………………………4
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………..4
1.3 Tujuan
Penulisan………………………………………………………5
BAB
2 PEMBAHASAN…………………………………………………………..6
2.1 Hakekat Masyarakat…………………………………………………...6
2.2 Hakekat Kebudayaan…………………………………………………..6
2.3 Unsur dan Kompleksitas
Kebudayaan…………………………………8
2.4 Kebudayaan Sebagai Sistem Norma…………………………………..8
2.5 Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat……………………....8
2.6 Gerak Kebudayaan…………………………………………………….8
BAB
3 KESIMPULAN…………………………………………………………..12
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.
Kita
tidak tahu pasti apakah nenek moyang manusia prasejarah mengetahui bahwa mereka
hidup dalam suatu masyarakat dan
memiliki kebudayaan, tetapi menurut
perkiraan kita, mereka mengetahuinya. Dari penggalian gua-gua dan dari lukisan
pada batu-batu, dapat kita ketahui bahwa mereka hidup dalam kelompok keluarga,
menguburkan mayat anggota yang mati dan tampaknya mereka juga percaya adanya
kehidupan di alam baka. Lebih dari itu, praktis kita tidak mengetahui apa pun
tentang kehidupan sosial mereka lainnya. Setidak-tidaknya setelah memiliki
bahasa tertulislah kita dapat berspekulasi tentang hakikat makhluk manusia dan
masyarakat yang dibangunnya.
Akan
tetapi, studi yang sistematis mengenai masyarakat manusia, baik manusia purba
maupun modern, barulah ada setelah beberapa generasi kemudian. Para ahli
kemasyarakatan telah mengembangkan sejumlah tata cara untuk mendapatkan
pengetahuan yang dapat diverifikasi mengenai perilaku sosial makhluk manusia.
Pengetahuan itu diperoleh melalui berbagai sumber, di antaranya ada yang dapat
diandalkan dan tidak.
Mempelajari
masyarakat, kebudayaannya dan semua gejalanya dapat dipelajari secara
ilmiah, akan tetapi tekhnik studinya harus disesuaikan dengan materi yang
sedang ditelaah.
1.2
Rumusan
Masalah.
A. Apa
hakikat dari masyarakat?
B. Apa
hakikat dari kebudayaan?
C. Apa
hakikat unsur dan kompleksitas kebudayaan?
D. Apa
hakikat Kebudayaan Sebagai Sistem Norma?
E. Apa
Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat?
F. Apa
Hakikat Gerak Kebudayaan?
1.3
Tujuan
Penulisan.
Tujuan
kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar
sosiologi dan mencoba memahami serta menjelaskan tentang kebudayaan dan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Masyarakat.
Dalam
kata bahasa Inggris, masyarakat berasal dari kata society. Sedangkan dalam bahasa Latin berasal dari kata societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi, menyatukan).
Masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama
cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tertentu.
Dalam Kamus Filsafat Lorens Bagus
(hal. 576) masyarakat diartikan sebagai komunitas atau kumpulan orang-orang
atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-tujuan
yang sama.
2.2 Hakekat Kebudayaan.
Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi
yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari
kata Latin colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, cultuur
sama dengan culture.
Definisi
klasik kebudayaan yang disusun oleh Sir Edward Tylor (dalam Horton, Paul B. and
Chester L. Hunt, 1987: 58), menyebut, kebudayaan adalah kompleks keseluruhan
dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua
kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Ada
pun menurut Matthew Arnold (dalam Turner, Bryan S, 2012: 642) menyebutkan jika
kebudayaan adalah kegiatan intelektual dan artistik serta artefak-artefak yang
dihasilkan dari sebuah kegiatan dan memiliki kemampuan untuk
menginterpretasikan artefak tersebut, serta cita rasa untuk membedakan yang
bagus dan yang buruk.
Bila
dinyatakan lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari
dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
Kebudayaan dapat dibagi menjadi
kebudayaan materi dan nonmateri. Kebudayaan nonmateri terdiri dari kata-kata
yang dipergunakan orang, hasil pemikiran, ada istiadat, keyakinan yang mereka
anut dan kebiasaan yang mereka ikuti.
Kebudayaan materi terdiri dari benda-benda hasil pabrik, misalnya,
alat-alat, mebel, mobil, bangunan, irigasi, parit, ladang yang diolah, jalan,
jembatan, dan segala benda fisik yang telah diubah dan dipakai orang.
Benda-benda buatan pabrik disebut artefak.
Dalam permainan baseball misalnya,
sarung tangan, pemukul, seragam dan tribun adalah beberapa elemen dari
kebudayaan materi. Sedangkan kebudayaan nonmaterinya meliputi peraturan
permainan, ketrampilan para pemain, konsep strategi dan perilaku pemain dan
penonton.
KEBUDAYAAN
|
MATERI
CONTOH:
IRIGASI, PARIT, LADANG, DLL
|
NON
MATERI
CONTOH:
ADAT ISTIADAT, BAHASA, KEBIASAAN, DLL.
|
2.3
Unsur
dan Kompleksitas Kebudayaan.
Suatu kebudayaan bukanlah hanya
akumulasi dari kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores), tetapi suatu sistem
perilaku yang terorganisasi dan kompleks.
Bagian terkecil dalam kebudayaan
disebut unsur (trait). Menurut definisi Hoebel (dalam Horton, Paul B. and
Chester L. Hunt, 1987: 72) unsur (trait) adalah suatu kesatuan corak perilaku
yang dipelajari dan dianggap tak dapat diperkecil lagi, atau produk nyata yang
dihasilkan oleh perilaku tersebut.
Unsur kebudayaan yang bersifat
materi mencakup benda-benda seperti paku, obeng, pensil dan saputangan. Unsur
budaya non materi mencakup berjabat tangan, mengemudikan kendaraan pada sisi
jalan sebelah kanan, berciuman sebagai tanda kemesraan, atau hormat bendera.
Setiap kebudaayan terdiri dari ribuan unsur.
Apakah (misalnya) tarian termasuk
suatu unsur? Bukan, tetapi itu merupakan sekumpulan unsur, termasuk langkah-langkah
tarian tersebut, beberapa rumusan untuk memilih para penari, dan iringan musik
atau irama. Dan yang paling penting dari kesemuanya itu bahwa tarian itu
memiliki arti –sebagaimana upacara keagamaan, upacara magis bahkan kegiatan
bercumbuan. Bagian kesemuanya unsur-unsur tersebut akan membentuk kompleks
kebudayaan (culture complex), yakni
sekelompok unsur yang saling berhubungan.
2.4 Kebudayaan Sebagai Sistem Norma
Mengingat
kebudayaan menyangkut aturan-aturan yang harus diikuti, kita bisa mengatakan
bahwa kebudayaan bersifat normatif, yang artinya kebudayaan menentukan standar
perilaku.
Istilah
“norma” memiliki dua kemungkinan arti: norma kebudayaan dan norma statistis.
Norma kebudayaan adalah suatu konsep yang diharapkan ada atau suatu citra
kebudayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap. Sedangkan norma
statistis adalah suatu ukuran perilaku yang bisa disetujui atau tidak
disetujui.
Ada
pun norma kebudayaan melingkupi beberapa unsur:
A. Kebiasaan
B. Tata
Kelakuan
C. Lembaga
D. Hukum
E. Nilai
2.5 Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat
Masyarakat
adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya tidak ada kebudayaan
tanpa masyarakat. Kebudayaan mempunyi makna yang luar biasa bagi masyarakat.
Kebudayaan menyentuh hampir semua segi kehidupan masyarakat.
Dalam
masyarakat sering terjadi kecenderungan-kecenderungan yang terlalu membanggakan
kebudayaan sendiri dan merasa kebudayaan yang paling baik. Konsekuensinya
adalah muncul etnosentrisme (ethnocentrism), yakni suatu
kecenderungan untuk menggunakan ukuran kelompok atau kebudayaan kita untuk
menilai orang atau kebudayaan lain.
Manusia
dan masyarakat memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual mau pun material.
Kebutuhan itu dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang
lain.
Dalam
mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan, dinamakan sebagai struktur
normatif, artinya kebudayaan sebagai suatu garis-garis pokok tentang perilaku
yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang
harus dilarang, dan sebagainya.
2.6 Gerak
Kebudayaan.
Dalam
sebuah kebudayaan masyarakat, tentu akan mengalami proses perubahan seiring dengan
perkembangan zaman. Contohnya seperti kebudayaan masyarakat Indonesia zaman dahulu
tentu sangat berbeda dengan kebudayaan masyarakat Indonesia zaman sekarang.
Proses-proses perubahan itu dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
A.
Proses
Belajar Kebudayaan Sendiri.
Setiap
individu tentu akan mengalami sebuah proses internalisasi, yaitu proses
mengenali diri sendiri, mulai saat ia lahir sampai akhir hayatnya. Proses
internalisasi itu akan membentuk kepribadian individu tersebut.
Ada
pun bagian dari proses internalisasi tersebut adalah dengan adanya proses
sosialisasi. Individu akan berbaur dengan individu lain dalam sebuah komunitas
masyarakat. Individu akan bersosiali dengan individu lain hingga membentuk
sebuah enkulturasi atau pembudayaan, yakni proses belajar dan menyesuaikan alam
pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang
terdapat dalam kebudayaan sebuah masyarakat.
B.
Proses
Evolusi Sosial.
Proses
evolusi dapat dianalisi secara mendetail (mikroskopik), dan juga dapat dilihat
dari keseluruan dengan memerhatikan perubahan-perubahan besar yang telah
terjadi (makroskopik). Proses sosial budaya yang dianalisis secara detail mau
pun keseluruan dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan, baik
yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
C.
Proses
Difusi
Proses difusi adalah proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan bersamaan dengan
migrasi manusia.
D.
Akulturasi
dan Asimilasi
Akulturasi
adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
memengaruhi. Atau bisa diartikanbahwa akulturasi adalah proses masuknya
pengaruh kebudayaan asing di suatu masyarakat, sebagaian menyerap secara
selektif. Sebagian menolak.
Asimilasi
adalah percampuran antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain
dengan menghilangkan sifat asli kebudayaan masing-masing.
E. Pembaharuan (Inovasi)
F. Integrasi Budaya
BAB III
KESIMPULAN
Apa yang tampak biasa bagi orang
dari suatu masyarakat mungkin akan tampak aneh bagi mereka yang berasal dari
masyarakat lain. Suatu kebudayaan atau adat istiadat memiliki makna yang
berbeda dalam masyarakat yang berbeda. Seperti seekor ikan paus yang tidak
mengetahui bahwa ia mengambang di atas permukaan air laut, dalam perilaku para
anggota masyarakat umumnya, mereka tidak sadar bahwa mereka mengikuti keyakinan
dan kebiasaan tertentu. Mereka jarang bertanya mengapa mereka yakin dan berbuat
seperti apa yang mereka lakukan. Hanya dengan cara melangkah keluar secara
imajinatif dari kerangka keyakin dan adat istiadat sendirilah, seseorang dapat
menyadari bahwa sifatnya berbeda.
Mereka
mengembangkan seperangkat peraturan dan tata cara, guna memenuhi kebutuhan
mereka dari pengalaman hidupnya. Perangkat peraturan dan tata cara, bersama
dengan seperangkat gagasan dan nilai yang mendukung, disebut kebudayaan (culture). Seperti kebanyakan konsep
sosiologi, kebudayaan adalah suatu istilah popular yang memiliki arti
sosiologis.
DAFTAR PUSTAKA
Hoton,
Paul B and Chester L. Hunt. 1987. Sosiologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Turner, Bryan S. 2012. Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarno dan Herimanto.
2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment