Wednesday, November 1, 2017

Kebudayaan dan Masyarakat



KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
MAKALAH

DISUSUN OLEH:
MR. STRANGER DANGEROUS

ILMU KOMUNIKASI KELAS B
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2017/20018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.       
Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Dan semoga makalah bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Jum’at 13 Oktober 2017
Tim Penyusun
Kelompok 3



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….…………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………4      
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………4
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………..4
1.3  Tujuan Penulisan………………………………………………………5
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………..6
            2.1 Hakekat Masyarakat…………………………………………………...6
            2.2 Hakekat Kebudayaan…………………………………………………..6
            2.3 Unsur dan Kompleksitas Kebudayaan…………………………………8
            2.4 Kebudayaan Sebagai Sistem Norma…………………………………..8
            2.5 Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat……………………....8
            2.6 Gerak Kebudayaan…………………………………………………….8
BAB 3 KESIMPULAN…………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang.
Kita tidak tahu pasti apakah nenek moyang manusia prasejarah mengetahui bahwa mereka hidup dalam suatu masyarakat dan memiliki kebudayaan, tetapi menurut perkiraan kita, mereka mengetahuinya. Dari penggalian gua-gua dan dari lukisan pada batu-batu, dapat kita ketahui bahwa mereka hidup dalam kelompok keluarga, menguburkan mayat anggota yang mati dan tampaknya mereka juga percaya adanya kehidupan di alam baka. Lebih dari itu, praktis kita tidak mengetahui apa pun tentang kehidupan sosial mereka lainnya. Setidak-tidaknya setelah memiliki bahasa tertulislah kita dapat berspekulasi tentang hakikat makhluk manusia dan masyarakat yang dibangunnya.
Akan tetapi, studi yang sistematis mengenai masyarakat manusia, baik manusia purba maupun modern, barulah ada setelah beberapa generasi kemudian. Para ahli kemasyarakatan telah mengembangkan sejumlah tata cara untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat diverifikasi mengenai perilaku sosial makhluk manusia. Pengetahuan itu diperoleh melalui berbagai sumber, di antaranya ada yang dapat diandalkan dan tidak.
Mempelajari masyarakat, kebudayaannya dan semua gejalanya dapat dipelajari secara ilmiah, akan tetapi tekhnik studinya harus disesuaikan dengan materi yang sedang ditelaah.

1.2              Rumusan Masalah.
A.    Apa hakikat dari masyarakat?
B.     Apa hakikat dari kebudayaan?
C.     Apa hakikat unsur dan kompleksitas kebudayaan?
D.    Apa hakikat Kebudayaan Sebagai Sistem Norma?
E.     Apa Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat?
F.      Apa Hakikat Gerak Kebudayaan?

1.3              Tujuan Penulisan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar sosiologi dan mencoba memahami serta menjelaskan tentang kebudayaan dan masyarakat.

                  
BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Hakekat Masyarakat.
            Dalam kata bahasa Inggris, masyarakat berasal dari kata society. Sedangkan dalam bahasa Latin berasal dari kata societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi, menyatukan).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tertentu.
            Dalam Kamus Filsafat Lorens Bagus (hal. 576) masyarakat diartikan sebagai komunitas atau kumpulan orang-orang atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.

2.2       Hakekat Kebudayaan.
            Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
            Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, cultuur sama dengan culture.
Definisi klasik kebudayaan yang disusun oleh Sir Edward Tylor (dalam Horton, Paul B. and Chester L. Hunt, 1987: 58), menyebut, kebudayaan adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Ada pun menurut Matthew Arnold (dalam Turner, Bryan S, 2012: 642) menyebutkan jika kebudayaan adalah kegiatan intelektual dan artistik serta artefak-artefak yang dihasilkan dari sebuah kegiatan dan memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan artefak tersebut, serta cita rasa untuk membedakan yang bagus dan yang buruk.
Bila dinyatakan lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
            Kebudayaan dapat dibagi menjadi kebudayaan materi dan nonmateri. Kebudayaan nonmateri terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil pemikiran, ada istiadat, keyakinan yang mereka anut dan kebiasaan yang mereka ikuti.  Kebudayaan materi terdiri dari benda-benda hasil pabrik, misalnya, alat-alat, mebel, mobil, bangunan, irigasi, parit, ladang yang diolah, jalan, jembatan, dan segala benda fisik yang telah diubah dan dipakai orang. Benda-benda buatan pabrik disebut artefak.
            Dalam permainan baseball misalnya, sarung tangan, pemukul, seragam dan tribun adalah beberapa elemen dari kebudayaan materi. Sedangkan kebudayaan nonmaterinya meliputi peraturan permainan, ketrampilan para pemain, konsep strategi dan perilaku pemain dan penonton.

KEBUDAYAAN
 
MATERI
CONTOH: IRIGASI, PARIT, LADANG, DLL

NON MATERI
CONTOH: ADAT ISTIADAT, BAHASA, KEBIASAAN, DLL.
 

2.3       Unsur dan Kompleksitas Kebudayaan.
            Suatu kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores), tetapi suatu sistem perilaku yang terorganisasi dan kompleks.
            Bagian terkecil dalam kebudayaan disebut unsur (trait). Menurut definisi Hoebel (dalam Horton, Paul B. and Chester L. Hunt, 1987: 72) unsur (trait) adalah suatu kesatuan corak perilaku yang dipelajari dan dianggap tak dapat diperkecil lagi, atau produk nyata yang dihasilkan oleh perilaku tersebut.
            Unsur kebudayaan yang bersifat materi mencakup benda-benda seperti paku, obeng, pensil dan saputangan. Unsur budaya non materi mencakup berjabat tangan, mengemudikan kendaraan pada sisi jalan sebelah kanan, berciuman sebagai tanda kemesraan, atau hormat bendera. Setiap kebudaayan terdiri dari ribuan unsur.
            Apakah (misalnya) tarian termasuk suatu unsur? Bukan, tetapi itu merupakan sekumpulan unsur, termasuk langkah-langkah tarian tersebut, beberapa rumusan untuk memilih para penari, dan iringan musik atau irama. Dan yang paling penting dari kesemuanya itu bahwa tarian itu memiliki arti –sebagaimana upacara keagamaan, upacara magis bahkan kegiatan bercumbuan. Bagian kesemuanya unsur-unsur tersebut akan membentuk kompleks kebudayaan (culture complex), yakni sekelompok unsur yang saling berhubungan.

2.4       Kebudayaan Sebagai Sistem Norma
Mengingat kebudayaan menyangkut aturan-aturan yang harus diikuti, kita bisa mengatakan bahwa kebudayaan bersifat normatif, yang artinya kebudayaan menentukan standar perilaku.
Istilah “norma” memiliki dua kemungkinan arti: norma kebudayaan dan norma statistis. Norma kebudayaan adalah suatu konsep yang diharapkan ada atau suatu citra kebudayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap. Sedangkan norma statistis adalah suatu ukuran perilaku yang bisa disetujui atau tidak disetujui.
Ada pun norma kebudayaan melingkupi beberapa unsur:
A.    Kebiasaan
B.     Tata Kelakuan
C.     Lembaga
D.    Hukum
E.     Nilai

2.5       Hubungan Antara Kebudayaan dan Masyarakat
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Kebudayaan mempunyi makna yang luar biasa bagi masyarakat. Kebudayaan menyentuh hampir semua segi kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat sering terjadi kecenderungan-kecenderungan yang terlalu membanggakan kebudayaan sendiri dan merasa kebudayaan yang paling baik. Konsekuensinya adalah muncul etnosentrisme (ethnocentrism), yakni suatu kecenderungan untuk menggunakan ukuran kelompok atau kebudayaan kita untuk menilai orang atau kebudayaan lain.
Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual mau pun material. Kebutuhan itu dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan, dinamakan sebagai struktur normatif, artinya kebudayaan sebagai suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang harus dilarang, dan sebagainya.  

2.6       Gerak Kebudayaan.
Dalam sebuah kebudayaan masyarakat, tentu akan mengalami proses perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Contohnya seperti kebudayaan masyarakat Indonesia zaman dahulu tentu sangat berbeda dengan kebudayaan masyarakat Indonesia zaman sekarang. Proses-proses perubahan itu dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

A.    Proses Belajar Kebudayaan Sendiri.
Setiap individu tentu akan mengalami sebuah proses internalisasi, yaitu proses mengenali diri sendiri, mulai saat ia lahir sampai akhir hayatnya. Proses internalisasi itu akan membentuk kepribadian individu tersebut.
Ada pun bagian dari proses internalisasi tersebut adalah dengan adanya proses sosialisasi. Individu akan berbaur dengan individu lain dalam sebuah komunitas masyarakat. Individu akan bersosiali dengan individu lain hingga membentuk sebuah enkulturasi atau pembudayaan, yakni proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan sebuah masyarakat.

B.     Proses Evolusi Sosial.
Proses evolusi dapat dianalisi secara mendetail (mikroskopik), dan juga dapat dilihat dari keseluruan dengan memerhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses sosial budaya yang dianalisis secara detail mau pun keseluruan dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan, baik yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.   

C.    Proses Difusi
     Proses difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan  bersamaan dengan migrasi manusia.

D.    Akulturasi dan Asimilasi     
       Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Atau bisa diartikanbahwa akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing di suatu masyarakat, sebagaian menyerap secara selektif. Sebagian menolak.
Asimilasi adalah percampuran antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain dengan menghilangkan sifat asli kebudayaan masing-masing.

E.     Pembaharuan (Inovasi)

F.     Integrasi Budaya

          
BAB III
KESIMPULAN
            Apa yang tampak biasa bagi orang dari suatu masyarakat mungkin akan tampak aneh bagi mereka yang berasal dari masyarakat lain. Suatu kebudayaan atau adat istiadat memiliki makna yang berbeda dalam masyarakat yang berbeda. Seperti seekor ikan paus yang tidak mengetahui bahwa ia mengambang di atas permukaan air laut, dalam perilaku para anggota masyarakat umumnya, mereka tidak sadar bahwa mereka mengikuti keyakinan dan kebiasaan tertentu. Mereka jarang bertanya mengapa mereka yakin dan berbuat seperti apa yang mereka lakukan. Hanya dengan cara melangkah keluar secara imajinatif dari kerangka keyakin dan adat istiadat sendirilah, seseorang dapat menyadari bahwa sifatnya berbeda.
Mereka mengembangkan seperangkat peraturan dan tata cara, guna memenuhi kebutuhan mereka dari pengalaman hidupnya. Perangkat peraturan dan tata cara, bersama dengan seperangkat gagasan dan nilai yang mendukung, disebut kebudayaan (culture). Seperti kebanyakan konsep sosiologi, kebudayaan adalah suatu istilah popular yang memiliki arti sosiologis.

DAFTAR PUSTAKA
Hoton, Paul B and Chester L. Hunt. 1987. Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Turner, Bryan S. 2012. Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarno dan Herimanto. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment

Pengalaman Mahasiswa Mendapatkan Nilai Pertamanya

S ebelum aku bercerita tentang pengalamanku ketika pertama kali mendapatkan nilai di semester awa kuliah, ijinkah aku memperkenalkan diri...